Langsung ke konten utama

SILUET BULAN DI MUSIM HUJAN

Jengah dan penat melingkup sisi kewarasan
Apa benar aku sungguh hidup?
Seperti tak ada kehidupan yang menyenangkan
Hujan yang perlahan menguasai langit, berkomentar "Apa yang kau renungkan?"
Tidaklah, aku tak bisa percaya kau

Dengan acuh hujan bergerumul melempari bumi dengan airnya
Aku diam memperhatikan, mungkin..
Apakah aku dapat larut dalam airnya
Atau sekedar hanyut derasnya
Setidaknya hilang sejenak dari permukaan bumi
Hingga datang waktu yang tepat untukku kembali

"Apa yang kau pikirkan?"
Tidaklah hujan, aku tak percaya kau
Dengan derasmu kau akan mendengungkan keluhku
Apa mungkin manusia kan bergerak menghiburku
Sekedar mengasihani dan menceramahi
Perciki saja aku dengan sejukmu
Biar sedikit menenangkanku
Buatku nyaman sejenak

Kunikmati engkau sampai tetes terakhirmu
Bila kau usai tinggalkan beberapa helai kedinginanmu
Untuk membekukan lukaku
Perihku
Beri kesempatan bulan mempertunjukkan sinarnya
Biar terang gelapku
Biar teduh resahku

Jangan kau bertanya lagi hujan...
Begitu menyedihkan ku tak bisa berbincang dengan akrab
Sekedar berbagi denganmu
Biar aku nikmati sejukmu saja serta ruang basah yang kau tinggalkan
Dan sejumput cahaya bulan yang membayang di awan sisa-sisa perjalananmu

Komentar

  1. Selalu suka banget ma puisi2na galih...arrggghhhhh
    Galih Lovers hahahaha maaf dona just kidding kok...

    BalasHapus
  2. Hehehe, makasih Manja.

    tetaplah selalu memantau hasil karyaku, hahay :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGKAN

Cintaku... Seperti sebuah pohon. Yang kurawat dari kecil hingga berbuah ranum. Tak luput kumerawatnya. Kusirami dengan air kasih sayang. Kupupuki dengan canda tawa. Kupotong dahan-dahan kebosanan. Kupangkas daun-daun kesedihan. Namun, bila seseorang yang kusayang, atas namanya aku merawat pohon tersebut, menebang pohon itu.. Takkan kuizinkan lagi dia mendekati pohonku.

TENGAH HARI SETENGAH HATI

Matahari kian ke tengah Makin terik, badan kian basah Angin masih lambat melaju Awan berjalan tak padu, terpencar jauh - jauh Aku seakan layu; Kering tak bertenaga Ya sudah, tak apa Sesekali beri waktu buat diri menyendiri Nikmati saja keadaan ini Tak harus terus berjalan Beristirahat sejenak buat hilangkan peluh Sampai matahari bergeser ke barat Menjadi keadaan waktu yang bernama sore Aku akan mencoba bergegas lagi; Tak perlu dipaksakan Toh ini masih waktu senggang Biar tenang sempurna menggenang

MENUNGGU KEAJAIBAN DATANG

Sesuatu belum mendarat Masih melayang-layang bebas tanpa arah Berharap ada daratan luas untuk berpijak Berjalan kemudian berlari bebas Masih mengarungi mimpi tak terbatas Menghimpun harapan dari segala arah Memadatkan angan agar jadi kenyataan Tiada jua lelah menenun kesempatan Masih bersembunyi dalam senyum Membaur pedih dalam tawa Melangkah tanpa menundukkan kepala Menunggu keajaiban datang... Tanpa keterangan waktu tepatnya