Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

SEPASANG MATA

Kepada pemilik sepasang mata itu Tatapan yang meneduhkan aku Yang selalu mampu melumpuhkanku Tolonglah untuk selalu berseri-seri Merekah terus senyum itu Meniadakan gundahku Kepada pemilik sepasang mata itu Bercahaya gemerlap terang Membius aku menghambamu Tidak sedikitpun aku rela tersadar Biar selalu larut dalam pesona itu Biar selalu menyatu dalam nadimu Kepada pemilik sepasang mata itu Yang aku kagumi sepanjang waktu Berikan semua keindahanmu untukku saja Timbun aku dengan segala sayangmu Limpahi aku dengan senandung indah itu Dan aku akan menjagamu selalu; Sampai hilang nafas Sampai lenyap cahaya selamanya

KEMUDIAN AKU RUNTUH

Kemudian aku runtuh Akan hilang kedigjayaan Tentang beda bicara Alih-alih mengerti hanya lahir lara Berkecamuk segala padu rasa Dengan gundah pembungkusnya Pantaskah diri ini mendampinginya Tidak mampukah diri ini mengimbanginya Hanya seonggok puing merindu menara Hanya sebatang ranting di hutan belantara Hanya sampah pengotor sungai Hanya debu di jalur pelangi Aku ini siapa Bukan siapa - siapa Tidak membuat besar Hanya membuat keruh hati Apa guna alasan aku Dari setiap kejadianku Tidak akan merubah keputusan itu Tidak akan membuat dia menoleh kembali Aku ini apa Bukan apa - apa Tidak penting untuk dicermati Hanya membebani pikiran saja Sumpah serapahi saja aku Memang aku tidak seperti itu Aku tidak seperti harapanmu Selalu membuat luka dihati itu Aku hanya seonggok kebodohan Yang takut ditinggalkan Yang senantiasa diam; Agar tidak dilepaskan Aku hanya seonggok kebodohan Yang gemetar bila membayangkan; Bilamana dilupakan Bilamana ditiadakan Hati ini

LARA

Aku mengecewakanmu lagi Sebanyak aku memberi kesedihan kepadamu Aku meremukkan hatimu lagi Sebanding dengan lara yang kau rengkuh Saat jarak terbentang begitu lebar Aku mengisinya dengan isak tangis Segala rupa tingkahku beri hampa didirimu Kau tersudutkan oleh harapanku Sepertinya rinduku tidak menyentuhmu Atau memang aku tak memancarkan rindu yang begitu hebat? Segala mimpi tentang mengecup keningmu harap menjadi nyata Atau tentang memelukmu yang aku damba Bahwasanya mengikat hatimu untuk selama - lamanya; Adalah harapan terbesar saat ini

MAGNET

Dengan daya dari kutub - kutubmu Menarikku tanpa ragu Kemanapun aku pergi terbawa angin Membawa aku pulang kepelukanmu Menyanggah bahwasanya kuat selalu ada Kadang aku lemah saat diterpa oleh rindu Akan suara yang menggaung menenangkan Ataupun wajah yang penuh syarat mengagumkan Sampai saatnya tiba aku jatuh dipelukanmu Luruh saat berada disekitaran pesonamu Tunggu aku. Sampai aku kembali. Percaya padaku. Aku akan pulang. Pandu aku. Menuju hatimu selalu. Karena aku sangat yakin; Kemanapun aku pergi, aku akan kembali kepadamu seorang

PENYELAMATKU

Wanita yang dengan elok berujar Bahwasanya kehidupan penuh makna Dia sematkan harapan ditiap sudut hati Menjadi penyemangat saat terpuruk diri Laksana angin malam yang menyejukkan Berhembus syahdu mendamaikan Segala rasa membuncah hebat Meyakinkan diri bahwa dialah pemegang hati Aku takkan terkalahkan oleh matahari Dengan teriknya takkan membakarku Aku takkan larut dalam gelap malam Yang bisa menyesatkanku dipersimpangan jalan Tepat dihati itu sumber penguatku Tempat aku berkeluh kesah Tempat aku letakkan damaiku Benarlah dia yang harus dituju Merengkuhnya menjadi satu Pemangku letihku Pemudar egoku Dialah penyelamatku

PULANG

Aku kembali pulang Ke tempat biasa aku rebah Peraduan tempat melepas lelah Aku baringkan punggung; Biar beban seluruh tulang berkurang Aku istirahatkan raga yang memudar Menunggu tiba kantuk; Menunggu lelap ambil alih Aku tinggalkan dulu semua yang bergema Mereka ataupun kamu sekalipun Biar aku mendapatkan kesendirianku Biar aku menemani diriku sendiri Biar aku menceramahi diriku sendiri Aku baringkan punggung; Agar letihku menguap Agar keluh kesahku redam Aku ingin tidur pulas; Ditemani malam serta mimpi yang tak tertebak Sampai pagi datang menguji lagi kekuatan diri

TENGAH HARI SETENGAH HATI

Matahari kian ke tengah Makin terik, badan kian basah Angin masih lambat melaju Awan berjalan tak padu, terpencar jauh - jauh Aku seakan layu; Kering tak bertenaga Ya sudah, tak apa Sesekali beri waktu buat diri menyendiri Nikmati saja keadaan ini Tak harus terus berjalan Beristirahat sejenak buat hilangkan peluh Sampai matahari bergeser ke barat Menjadi keadaan waktu yang bernama sore Aku akan mencoba bergegas lagi; Tak perlu dipaksakan Toh ini masih waktu senggang Biar tenang sempurna menggenang