Langsung ke konten utama

KEMUDIAN AKU RUNTUH

Kemudian aku runtuh
Akan hilang kedigjayaan
Tentang beda bicara
Alih-alih mengerti hanya lahir lara

Berkecamuk segala padu rasa
Dengan gundah pembungkusnya
Pantaskah diri ini mendampinginya
Tidak mampukah diri ini mengimbanginya

Hanya seonggok puing merindu menara
Hanya sebatang ranting di hutan belantara
Hanya sampah pengotor sungai
Hanya debu di jalur pelangi

Aku ini siapa
Bukan siapa - siapa
Tidak membuat besar
Hanya membuat keruh hati

Apa guna alasan aku
Dari setiap kejadianku
Tidak akan merubah keputusan itu
Tidak akan membuat dia menoleh kembali

Aku ini apa
Bukan apa - apa
Tidak penting untuk dicermati
Hanya membebani pikiran saja

Sumpah serapahi saja aku
Memang aku tidak seperti itu
Aku tidak seperti harapanmu
Selalu membuat luka dihati itu

Aku hanya seonggok kebodohan
Yang takut ditinggalkan
Yang senantiasa diam;
Agar tidak dilepaskan

Aku hanya seonggok kebodohan
Yang gemetar bila membayangkan;
Bilamana dilupakan
Bilamana ditiadakan

Hati ini adalah segumpal daging rapuh
Yang mudah hancur bila terlepas simpul
Dari ikatan kasih sayangnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGKAN

Cintaku... Seperti sebuah pohon. Yang kurawat dari kecil hingga berbuah ranum. Tak luput kumerawatnya. Kusirami dengan air kasih sayang. Kupupuki dengan canda tawa. Kupotong dahan-dahan kebosanan. Kupangkas daun-daun kesedihan. Namun, bila seseorang yang kusayang, atas namanya aku merawat pohon tersebut, menebang pohon itu.. Takkan kuizinkan lagi dia mendekati pohonku.

TENGAH HARI SETENGAH HATI

Matahari kian ke tengah Makin terik, badan kian basah Angin masih lambat melaju Awan berjalan tak padu, terpencar jauh - jauh Aku seakan layu; Kering tak bertenaga Ya sudah, tak apa Sesekali beri waktu buat diri menyendiri Nikmati saja keadaan ini Tak harus terus berjalan Beristirahat sejenak buat hilangkan peluh Sampai matahari bergeser ke barat Menjadi keadaan waktu yang bernama sore Aku akan mencoba bergegas lagi; Tak perlu dipaksakan Toh ini masih waktu senggang Biar tenang sempurna menggenang

MENUNGGU KEAJAIBAN DATANG

Sesuatu belum mendarat Masih melayang-layang bebas tanpa arah Berharap ada daratan luas untuk berpijak Berjalan kemudian berlari bebas Masih mengarungi mimpi tak terbatas Menghimpun harapan dari segala arah Memadatkan angan agar jadi kenyataan Tiada jua lelah menenun kesempatan Masih bersembunyi dalam senyum Membaur pedih dalam tawa Melangkah tanpa menundukkan kepala Menunggu keajaiban datang... Tanpa keterangan waktu tepatnya