Terpampang dengan samar apa yang disebut bias
Tempat tak keras berserabut halus
Urai, segala yang bisa diurai
Menemukan sesuatu terang di sudut kumuh
Yang seharusnya tetap gelap
Seharusnya tetap basah saja sisi sebelah situ
Biar tak banyak yang menyirami
Semakin matahari banyak berputar, semakin banyak jalan cabang terbentang
Sudah, yakinkan langkahmu
Tegapkan teguhmu
Lepaskan galaumu
Relakan rencana mimpi besarmu
Kau belum cemerlang
Hanya pantas berangan
Tidak layak meninggi khayal
Wajarlah menjadi goyah, kerasmu sedikit terganggu
Menjadi pemimpi sudah sedari lahir
Nikmati jalan hidupmu itu
Bila semua terbang, jangan kau mengalihkan perhatian
Tataplah Albatros yang telah kau rawat
Kau beri sepertiga nyawamu untuk menghidupinya
Bila dia terdapat nasib yang berbeda, relakan
Senyumlah untuk pelepasannya
Tangisilah untuk kenangannya
Lagi-lagi pikiran terganggu
Apa karena tekanan
Karena tuntutan
Apa keadaan
Ataukah terpecahnya mimpi menjadi kepingan-kepingan besar
Tak tahulah..
Biadablah pikiran ini (begitu sisi kolot berkata)
Biar. Akulah si pemilik pikiran itu, tak mempermasalahkannya
Lagi-lagi berkata hal yang klise..
"Biar waktu yang menjawab"
Hah, tak bisakah menjawab sendiri tanpa menyerahkan kepada waktu?
Renungkan lagi, batas diri...
Aku memang belum begitu mampu menunggangi waktu
Terjatuh darinya sakitlah sangat
Bersahabatlah dengan waktu, pilihanku
Walau tak selalu
Dan itu membuat waktu marah
Menamparku dan menjatuhkanku dari ketinggian tak hingga
Sakit, memang
Remuk sekujur hati dan otak
Aku bisa apa, hanya menerima nasib akan kebodohanku
Kebodohan terbesar
Wajarlah bila Albatros itu mengarungi angkasa tanpamu
Kikislah rasa yang kau sematkan kepadanya
Biar tak sakit sangat bila dia meninggalkanmu
Kau tak punya hak menahannya pergi
Bila dia menemukan sang kenyataan yang mampu memanjakannya
Meninggikannya
Membahagiakannya
Kau hanya seonggok besar sang pemalas
Berkarat dari pengaruh mimpi dan khayal belaka
Belajarlah dari sekarang melepasnya
Tenang saja, dia bisa bahagia tanpamu
Banyak yang dapat menjadikan dia ratu terhebat di singgasana yang megah
Yang dapat meneruskan mimpi-mimpi kau dan dia
Tenang saja, dia dapat dengan mudah bertahan
Berfikirlah sekarang, bahwa kau menjadi batu loncatan dia
Untuk mendapatkan yang lebih baik darimu
Kau hanya perlu menyusun ulang rencana yang telah kau buat
Yang dengan sendirinya kau hancurkan
Bodohmu, langkahmu
Keangkuhan atas kehebatan menyusun rencana
Kepercayaan diri atas kehebatanya
Malah kau sendiri yang menghancurkannya
Sudah, susun ulang rencana hidupmu
Kau bisa hidup untuk masa depan
Kau bisa bertahan untuk masa sekarang
Jangan kau pelihara rasa sesak itu
Wajarlah dan biarlah dia begitu
Agar tak terlalu lama dia sendiri
Bila nanti kau telah mati sebagai pendamping hati
Dukung dia, bila itu perlu
Buat apa kau pertahankan bila tak jelas
Dan pasti akan berujung dalam ketidakpastian
Pastikan semua berakhir tanpa cidera
Semangatlah
Untuk hidupmu
(Kata hati bicara)
Berfikirlah, bahwa aku hanya sendiri
Penentuku
Pendampingku
Penguatku adalah aku
Tempat tak keras berserabut halus
Urai, segala yang bisa diurai
Menemukan sesuatu terang di sudut kumuh
Yang seharusnya tetap gelap
Seharusnya tetap basah saja sisi sebelah situ
Biar tak banyak yang menyirami
Semakin matahari banyak berputar, semakin banyak jalan cabang terbentang
Sudah, yakinkan langkahmu
Tegapkan teguhmu
Lepaskan galaumu
Relakan rencana mimpi besarmu
Kau belum cemerlang
Hanya pantas berangan
Tidak layak meninggi khayal
Wajarlah menjadi goyah, kerasmu sedikit terganggu
Menjadi pemimpi sudah sedari lahir
Nikmati jalan hidupmu itu
Bila semua terbang, jangan kau mengalihkan perhatian
Tataplah Albatros yang telah kau rawat
Kau beri sepertiga nyawamu untuk menghidupinya
Bila dia terdapat nasib yang berbeda, relakan
Senyumlah untuk pelepasannya
Tangisilah untuk kenangannya
Lagi-lagi pikiran terganggu
Apa karena tekanan
Karena tuntutan
Apa keadaan
Ataukah terpecahnya mimpi menjadi kepingan-kepingan besar
Tak tahulah..
Biadablah pikiran ini (begitu sisi kolot berkata)
Biar. Akulah si pemilik pikiran itu, tak mempermasalahkannya
Lagi-lagi berkata hal yang klise..
"Biar waktu yang menjawab"
Hah, tak bisakah menjawab sendiri tanpa menyerahkan kepada waktu?
Renungkan lagi, batas diri...
Aku memang belum begitu mampu menunggangi waktu
Terjatuh darinya sakitlah sangat
Bersahabatlah dengan waktu, pilihanku
Walau tak selalu
Dan itu membuat waktu marah
Menamparku dan menjatuhkanku dari ketinggian tak hingga
Sakit, memang
Remuk sekujur hati dan otak
Aku bisa apa, hanya menerima nasib akan kebodohanku
Kebodohan terbesar
Wajarlah bila Albatros itu mengarungi angkasa tanpamu
Kikislah rasa yang kau sematkan kepadanya
Biar tak sakit sangat bila dia meninggalkanmu
Kau tak punya hak menahannya pergi
Bila dia menemukan sang kenyataan yang mampu memanjakannya
Meninggikannya
Membahagiakannya
Kau hanya seonggok besar sang pemalas
Berkarat dari pengaruh mimpi dan khayal belaka
Belajarlah dari sekarang melepasnya
Tenang saja, dia bisa bahagia tanpamu
Banyak yang dapat menjadikan dia ratu terhebat di singgasana yang megah
Yang dapat meneruskan mimpi-mimpi kau dan dia
Tenang saja, dia dapat dengan mudah bertahan
Berfikirlah sekarang, bahwa kau menjadi batu loncatan dia
Untuk mendapatkan yang lebih baik darimu
Kau hanya perlu menyusun ulang rencana yang telah kau buat
Yang dengan sendirinya kau hancurkan
Bodohmu, langkahmu
Keangkuhan atas kehebatan menyusun rencana
Kepercayaan diri atas kehebatanya
Malah kau sendiri yang menghancurkannya
Sudah, susun ulang rencana hidupmu
Kau bisa hidup untuk masa depan
Kau bisa bertahan untuk masa sekarang
Jangan kau pelihara rasa sesak itu
Wajarlah dan biarlah dia begitu
Agar tak terlalu lama dia sendiri
Bila nanti kau telah mati sebagai pendamping hati
Dukung dia, bila itu perlu
Buat apa kau pertahankan bila tak jelas
Dan pasti akan berujung dalam ketidakpastian
Pastikan semua berakhir tanpa cidera
Semangatlah
Untuk hidupmu
(Kata hati bicara)
Berfikirlah, bahwa aku hanya sendiri
Penentuku
Pendampingku
Penguatku adalah aku
ehm knapa c w selalu suka banget ma puisi2na galih hihihihi :D dari pertama w baca pas w kelas3 SMA kali yah tepatna...lih request terbitkan buku kumpulan puisi2 u dunk hahahaha:)
BalasHapusditunggu loh gan puisi selanjutnya hehehe:p
BalasHapusManja is Galih Lover ^^
hahahaaha
Hahaha, ternyata gw punya fans toh :D
BalasHapusmakasih buanyak yaa.
Iya, diusahakan diperbanyak lagi.
Hmmm, klo bkin buku rasanya terlalu berlebihan dah, gak bagus-bagus amat qo ^_^