Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

BEKASI

Di tempat itu aku pelajari arti kasih sayang Di tempat itu aku tumbuhkan kepercayaan Di tempat itu aku bangun mimpi yang begitu megah Ketika sesuatu menjadi kenangan Disana aku jadikan salah satu sejarah hidupku Perihal perjalanan panjang yang selalu aku lakukan Meninggalkan Selatan dari sudut Jakarta Untuk mendapatkan senyum dan keindahan yang menungguku di rumah itu Harum tubuh menanti, peluk cumbu menyemangatkan aku lagi Setelah didera letih akan terpaan situasi jalan Saat aku dan dia mengarungi kota itu Bercengkrama di tempat biasa kita habiskan waktu Dengan senda gurau yang kerap kita lakukan Nikmati semua hal yang ada Atau ketika kita hanya bercakap-cakap di rumahmu saja Sambil menikmati teh hangat buatanmu yang sungguh nikmat Tiap teguk akan mampu membasuh jiwaku yang letih Makin pulih dengan mendengar suaramu, menikmati senyummu Semua itu, Takkan bisa aku lupa, sampai kapanpun Kota itu, Kenanganku Disana pernah kutemukan hati yang menakjubkan Kuper

GUNDAH GULANA

Yang diharapkan datang, tapi dengan bentuk yang berbeda Akankah tetap aku jalani, ataukah sekedar mencoba? Menelisik pikiran yang sudah tak mampu berpikir Menggelitik otak tentang hal yang belum dikuasai Haruskah ditempuh? Maksud hati cepat terpenuhi mimpi Bergegas wujudkan angan Apa daya bimbang yang menjadi pintu menuju itu Bantu aku meyakinkan hati ini Untuk menjalani atau meninggalkannya Biar tak usah galau lagi Menikmati hari tanpa beban berat yang mesti kupanggul lagi Lagi-lagi hati ini meracau Masih memberikan argumen-argumen penyangkalan Pikiran ini pun terhasut Berusaha mengikuti kata hati Tapi hati tak beri kepastian yang pasti Arrghh, Mesti bagaimana aku

MEMATA-MATAI MATA-MATA

Sial, aku masih saja memata-matainya Masih mencuri gambaran senyumnya Memandangi wajah manisnya Mengagumi tatapan lembutnya Masih lemah saja aku Lengah sedikit kembali mengingatnya Kalau begini kapan aku kuat kembali Tampak masih jauh beraniku merelakannya Ingin rasanya dapat tersenyum lepas seperti dia disana Tanpa beban melangkah dan cepat melupakan kisah itu Seperti tak terjadi apa-apa lagi Kembali seperti sedia kala, bahagia menyertai Setelah kisah itu berakhir, apakah dia pernah memikirkan aku dalam detik hidupnya? Apakah dia merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan? Apakah dia sempat terpuruk dan menderita hebat dalam merasakan sakit ini? Ingin aku menanyakan kepadanya bagaimana cara tercepat melupakan kisah itu Bagaimana jalan pikirannya hingga sanggup memusnahkan kisah yang mungkin telah usang itu Aku disini masih mencoba merangkak keluar dari nestapa Meraba-raba dalam gelap berharap cahaya penyelamat datang menyelamatkanku Aku masih sering terjaga

BUAH SESAL

Kesalahanku melepaskanmu Kekhilafanku membiarkan kau pergi Tinggal aku disini menyesalinya Waktu memang tak dapat melangkah mundur Keputusan terberat yang ditempuh kini berdampak buruk Aku terpuruk, tak mampu lekas melupakannya Hati ini sudah merasa menemukan yang terbaik dalam dirinya Segala mauku ada pada dirinya Segala anganku ada pada dirinya Memang keputusan terberat yang ditempuh Kesalahan yang besar yang aku rengkuh Menjadikan aku seperti ini Hilang kendali, kesadaran perlahan hilang Dia yang begitu sempurna dimataku Begitu elok menurutku Seseorang yang aku cari-cari selama ini Yang mampu melengkapiku Malah aku lepaskan Begitu bodoh aku melepaskannya Bukan mempertahankan dan meyakinkan dia Terlalu banyak pikiran yang menghambat beraniku mempertahankan dia Dia pergi, yang aku sanjung Yang aku banggakan Yang aku yakini dia itu pantas untukku Kini tak lagi menjadi milikku Aku melepasnya Tidak mempertahankannya Aku sungguh-sungguh menyesalinya Ak

MEMBENAHI HATI

Hati ini sedang patah, sepatah-patahnya Ibarat kayu yang terpotong menjadi bagian-bagian kecil Layaknya kaca yang pecah berkeping-keping Hancur lebur tiada yang tersisa Mengharapkan yang tidak pasti Menginginkan sesuatu yang sepertinya mustahil terjadi Seperti karam perahu hidup ini Hingga terbenam di dasar lautan kesedihan, tak terselamatkan lagi Sesuatu yang aku perjuangkan, hal terindah yang aku impikan Perlahan hilang seperti meredupnya cahaya matahari senja Hal yang aku jadikan penyemangat, perlahan lenyap Dengan gegap gempitanya, dia jumpa riang Disini aku berupaya membenahi hati Menata ulang mimpi yang sempat berdiri dengan megah Yang begitu besarnya hingga aku yakin akan menjumpainya dalam kenyataan Tapi tak jua bersua Aku yang dulu begitu membanggakan malam Kini menjadi pembenci malam Aku yang dulu tak begitu menghiraukan pagi Kini berharap selalu dipeluknya Berupaya keras aku bangkit dari keterpurukan Ku ambil lagi kekuatan-kekuatan yang dahulu aku s

TERGUNCANGNYA MIMPI

Tempat sekecil ini yang bernama hati, kian sesak Masih saja kabut tebal menggantung di langit kelabu Jika saja bisa kubuang semua pekat ini Kukosongkan sekalian, hingga lapang Menghela nafas agar reda sejenak ini beban Memejamkan mata agar ringan terasa ini pikiran Ingin saja berteriak sekencang-kencangnya Tanpa menghiraukan manusia-manusia yang mengeluh akan kegaduhan Menunggu datangnya keadaan yang mengembalikan aku seperti sedia kala Keadaan dimana aku bisa bernafas lega Aku dapat mengguratkan senyum lepas Aku dapat bersenandung lagu-lagu riang dan memaknainya Bukan menyanyikan lagu-lagu sedih dan aku meresapinya Aku tahu keadaan sebenarnya saat ini Bukan sekedar terhadap rasa dua insan Lebih dari itu, yang mampu membebaniku Sekelumit pikiran turut menyumbangkan nestapa Tentang mimpi yang dulu begitu aku banggakan Harapan yang begitu aku sanjungkan Keinginan yang begitu nyata untuk aku kejar Kini memudar Entah apa yang harus aku lakukan Melanjutkan apa yang

BAIKLAH

Baiklah, Tetap berjalan walau agak tertatih Tetap tersenyum walau sedikit getir Tetap tertawa walau sedikit hambar Tetap bahagia walau sedikit murung Untuk semua yang berakhir, terima kasih Baiklah untuk hidup yang cemerlang Secercah sinar yang agak meredup Suatu saat akan benderang lagi Baiklah, Aku akan menjadi gemerlap lagi

SAMAR

Masih berasa, masih ada itu rasa Masih duduk disana, disudut hati Biar saja kau disitu Sampai kau bosan dan dengan sendirinya kau pergi Masih berwujud nyata Belum menjadi samar Kau tetap seperti dulu Aku membiarkannya tetap begitu sampai aku rela dia menghilang Tinggal menjadi bayang Dan aku dapat bernafas lega kembali

SEKIAN

Kita tutup cerita yang pernah menyemarakkan hari kita Bersama kita akhiri yang telah terjadi Menutupnya dengan senyum dan senda gurau seperti layaknya tak terjadi apa-apa Kita berpencar mencari jalan kita sendiri Tak perlu terengah-engah berlari lagi Melenggang dengan pasti tanpa harus meratap ketika menatap ke belakang Merancang ulang mimpi yang sempat dibina Menata kembali langkah yang patah Menghapus sedih, membangun harapan Disana kau berkembanglah Dengan riang, beserta senyum indahmu itu Menarilah bersama mimpi-mimpimu Bernyanyilah, Dengan senandung yang membahagiakanmu Memaksamu menjauh dari kelamnya sedih Akupun berusaha menata jalan utamaku Dengan kekuatan yang telah kukerahkan sebelumnya Dengan lebih menguatkan jejak setelah kautinggalkan, sebagai penguatku Sampai kita bertemu lagi, kita telah raih mimpi kita

MASIH HAL YANG SAMA

Memang masih berkutat dengan penat Tak luput galau mengikat Selimuti aku, dengan petuah-petuah membangkitkan Terpuruk tersendat kacau Jemari bergerak lemah tak berdaya Hanya menguatkan akal dan semangat raga kacau pun jiwa terbengkalai langkah-langkah lemah yang lunglai tertahan mencoba tegak Saat rapuh memang harus datang Ketika pertahanan jiwa benar-benar diserang Lumpuhkan mereka, dengan tangguhku Menyatukan ragam mimpi yang pernah diciptakan Merajutnya dalam kehangatan kenyataan Tetap berpendapat masa itu akan datang Dimana harapan yang diharap akan tiba Dengan derap tegap bergemuruh membahana Membawa cahaya yang akan terangi jalan yang kelam Menyilaukan setiap mata-mata yang memandang Seperti keyakinan ini yang tak meragukan Semua itu akan datang dengan pasti Apapun tempat yang ditempuh Seberapa luas jalur yang kan dikayuh Tetap berdiri tegap menghadapi semua itu Hal-hal yang mengganggu dan berusaha menjatuhkan Segala bentuk rintang yang menghentikan

KAU HARUS TAHU

Bukan maksudku mengganggu langkah terbaikmu Bukan inginku menghambat terpuji tingkahmu.. Untukku Bukanku, meredupkan cahayamu Sebuah keinginan terbesar, menjagamu dan membuatmu nyaman tanpa kegalauan Tenanglah tenang, senyummu adalah penenangku Tawamu adalah canduku Dan sesungguhnya lelaki takkan ingin melihat wanitanya bersedih Setetes air matamu adalah belati tertajam yang mampu mengoyak tegarku Tersenyumlah untuk satu hal, Lapangkan hatimu, hanya untukku Dan bila aku kembali dari pengembaraan meniti hari, Aku akan pulang kepangkuanmu, dengan cerita tentang elok senja, cubitan mentari, belaian angin malam dan hujatan hujan... Kuutarakan semua, sambil kureguk nikmatna secawan senyummu dan segala bias bentuk keindahan Hingga kumampu tertidur dengan pulas.

RUANG TERSEMBUNYI YANG DISIAPKAN UNTUK HAL INI

Bertubi-tubi datang Mencekik tiap kepalang Elok tiada datang Merana kian menerjang Laga tiada tanding seimbang Berupaya melawan semua yang menghadang Kian besar kian lantang Tak mau menyerah dalam peluk gersang Jerami yang terbakar kan membahana asap buana Kemilau gemintang tak berselera Berteman lagi dengan malam Mencari arti lagi ditemani nuansa kelam Siapa mengira bukan sebuah yang datang? Gerombolan pengacau masuk ke halaman nyamanku Berusaha keras mengusir Pertahankan yang ada dan memperbaiki yang tercela Masuk kembali ke ruang peristirahatan Mendamaikan lagi hati dan pikiran Berjuta jalan keluar terhampar sepadan Beribu cabang akal menjadi akar pemikiran Satu per satu, dengan segenap kekuatan, Kita urai lagi menjadi seutas rapi, masalah yang terpecahkan

NIKMATI KEBEBASAN, SEBELUM PADAT MENGIKAT!

Untuk waktu senggang yang tersisa, nikmatilah. Untuk saat-saat menjelang kepadatan waktu, rayakanlah. Kita bebaskan gelora. Bercanda dan meneriakan segala keluh kesah. Melakukan hal yang ingin dilakukan. Memanjakan diri dengan hal-hal yang disenangi. Sampai pikiran tenang.. Sampai jiwa kita damai.. Hingga kita dapat bersiap menghadapi segala hal yang mungkin terjadi.. Dalam langkah kita selanjutnya.

YANG DIPENUHI CAHAYA

Seseorang pernah berkata "Aku merasa semua lampu-lampu menyorot kepadaku. Semua kehidupan terfokus padaku" Ya, itu sifatmu, nikmatilah. Aku hanya sebatang lilin yang kecil artinya. Sinarku tak berguna untukmu. Bila kupadamkan sinarku, itu tak berpengaruh padamu. Engkau masih berfikir bahwa lampu-lampu yang menyinarimu lebih hebat. Lebih bermakna. Lebih terang. Ketika semua padam dan sepi, kau datang. Untukmu kupersembahkan terbaikku untukmu kukerahkan sinarku untuk menerangimu, walau hanya sebagai lilin kecil. Ketika semua terang lagi, kau kembali memadamkanku. Lalu berlari dan menari ditengah pentas yang penuh sinar-sinar lampu yang kau banggakan. Kau menikmati peranmu.. Riangmu begitu hebat.. Senangmu begitu meluap ketika kau tebar pesonamu. Artiku begitu kecil dikehidupanmu. Manfaatku hanya dikala sepimu.

KESEKIAN KALINYA

Dimana orang yg bisa aku letakkan kitab galau? Dimana manusia yang bisa menidurkan risau? Ketika mereka bercerita, dimana aku harus bercerita? Saat tiba ada yang berkata "Ada apa kau? Maukah kau bercerita padaku apa yg sedang terjadi?" sejenak tersenyum, menghela nafasku, dalam hati bergumam.. Dialah, pengikis resahku. Meski maaf, aku tak bisa berucap semua. Maklumi aku, itu sifatku. Tapi aku percaya akan keajaiban alam... Orang itu pasti mempunyai hal yg menakjubkan untuk menafsirkan segala, hingga akhirnya dia tahu semua.

SAMPAI SAAT ITU TIBA

Bila retak, cepatlah menjadi puing. Jikalau tak nyaman, segeralah pergi. Bertahanku untuk menunggu waktu itu. Cepatlah pergi kalau kau mau. Kemasi sgala hal-hal yg kau beri padaku jika itu maumu. Cepatlah, sebelum datang waktu itu. Biar lenyap gelisahku. Satu tujuanku, mengerucut niatku, perbesar semangatku. Lihat saja, aku akan segera meraih hal itu!

SINGGAHI LAGI SELATAN

3 hari kutinggalkan selatan. 3 hari kutempati barat. Menikmati segala pesona yg tersaji. Melenyapkan penat, menggeliatkan semangat. Untukmu masa depanku, kutunggu kau menghampiriku. Aku telah persiapkan sgala hal, untuk menghadapimu. Selatanku yg kutinggalkan.. Kutapaki lagi jalan yg biasa kutempuh. Kembaliku, juangku. Dengan semangat yang baru, aku siap menghadapimu.

RENUNGKAN

Cintaku... Seperti sebuah pohon. Yang kurawat dari kecil hingga berbuah ranum. Tak luput kumerawatnya. Kusirami dengan air kasih sayang. Kupupuki dengan canda tawa. Kupotong dahan-dahan kebosanan. Kupangkas daun-daun kesedihan. Namun, bila seseorang yang kusayang, atas namanya aku merawat pohon tersebut, menebang pohon itu.. Takkan kuizinkan lagi dia mendekati pohonku.

DIMANA

Seharusnya ada yang menuntunku menuju bahagia Seharusnya ada yang memugar lagi puing-puing semangatku Seharusnya ada yang mengikat penatku Semestinya ada yang membunuh sedihku Semestinya ada yang menumbuhkan nyaliku Semestinya ada yang melahirkan lagi semangatku Hanya dengan sebuah senyum dan pelukan, itu lebih dari cukup Dimana hal itu? Menghilangkah? Meredupkah? Menghindarkah? Sebaiknya aku tak berharap banyak... Lebih baik belajar tersenyum sendiri untuk membangkitkan jiwaku ini

SESUATU YANG DISEMBUNYIKANNYA

Akalku saja ataukah benar, perubahan sedang terjadi. Curiga, pantaslah kulakukan. Sudah siapkah dia berlari tanpa aku iringi? Hmm, bila benar, ku salutkan! Hanya menanti kejujuran. Meski melupakan segala kenangan, meski harus mengecap getir rasa.. Tak apalah. Biar disana bahagia atas jalan hidupnya. Biar dia bebas merentangkan sayapnya, mengepaknya dan berkelana sesuka hati... Tanpaku.

YANG MENCEMASKAN, YANG MERAGUKAN

Apa tanda kepunahan rasa? Atau sedang mencapai kelangkaan perhatian? Tertunduk, bukan menangis Merenungkan hal-hal yg memenuhi hati Sekedar berkelakar untuk meredupkan pertengkaran batin Jiwaku, rapuhku. Akalku, kebanggaanku, musuhku Terpekik tersudut malam Terperajat diberitahukan siang Seakan-akan tak terjadi apa-apa Berbekal riang hamburkan tanya mereka Jauh di kedalaman hati... Ingin sendiri, Memikirkan atas yang terjadi padanya, darinya Imaji telah terbentuk kuat, dapatkah aku pertahankan? Bisakah aku menjinakkan matahari kecil itu? Atau dia akan tetap liar dengan jalan pikirannya yang tak mungkin kutempuh? Biar saja, Matahari kecil memilih jalan Aku sekedar letupan kecil, agar langitnya benderang... Walau untuk sekejap

MENDUNGKU

Gelap lagi yang ada Gundah lagi yang kurasa Sunyi senyap disini Tak ramai lagi seperti dulu Ditinggalkan penuntun bahagiaku Menuju harapan baru tanpaku... Keputusan itu, kuketahui... Kurestui pula, karena aku juga menginginkannya Menghindari kecewa kelak tercipta Atau sekedar waspada tercipta sedih yang makin meningkat Biarlah dia terbang sesukanya Akupun berlari semauku Disini aku berniat bertahan Tapi hati kian berat tertimpa beban hidup Masalah yang tak kunjung kutemui ujungnya Sesuatu yang tak cepat kuselesaikan Aku mau bernapas lega Tanpa terbebani penat Layaknya kabut tebal menyelimuti hati ini Membekukan imaji yang tak kunjung pulih Sampai kapan ini terjadi... Kapan aku temukan jalan keluar... Aku menunggu harapan yang kuinginkan datang... Tanpa mendung menutupi langitku

HIPOTENUSA

Beredar tak berkaidah petuah alam Serentak henyak tanpa peringatan Terkadang masih terpatri tentang hal itu Saat bentuk kenyataan datang, Menjelma dalam bentuk sesosok penghuni siang Aku terpana Benar saja, Cerita tersusun dalam imajinasi tingkatan terindah Terpenggal dalam bait perjalanan keluar Takjub akan kesalahan yang telah dibuat Terpana akan keindahan yang lambat datang Bergelut menghadapi semua Bersitegang dengan hampa dan asa Menguatkan diri untuk bergerak dengan gesit Takkan berubah akan mimpi dan harapan Yang dengan lugas aku sematkan di hati ini dan hati itu Perihal keajaiban kecil yang akan kita buat Langkah-langkah yang tertata rapi untuk kita jalani Takkan hilang, Telah aku tebar mimpi-mimpi itu disegala penjuru Telah diketahui oleh penebar cahaya malam Telah dimengerti oleh pewarna pagi Telah dimaklumi oleh suara-suara pencipta karya Aku jadikan engkau selaku pemegang hati ini, Tujuan hidup yang akan aku tuju, Yang akan aku tempuh, Sebagai