Langsung ke konten utama

YANG MENCEMASKAN, YANG MERAGUKAN

Apa tanda kepunahan rasa?
Atau sedang mencapai kelangkaan perhatian?

Tertunduk, bukan menangis
Merenungkan hal-hal yg memenuhi hati
Sekedar berkelakar untuk meredupkan pertengkaran batin

Jiwaku, rapuhku.
Akalku, kebanggaanku, musuhku

Terpekik tersudut malam
Terperajat diberitahukan siang

Seakan-akan tak terjadi apa-apa
Berbekal riang hamburkan tanya mereka

Jauh di kedalaman hati...
Ingin sendiri,
Memikirkan atas yang terjadi padanya, darinya

Imaji telah terbentuk kuat, dapatkah aku pertahankan?
Bisakah aku menjinakkan matahari kecil itu?
Atau dia akan tetap liar dengan jalan pikirannya yang tak mungkin kutempuh?

Biar saja,
Matahari kecil memilih jalan
Aku sekedar letupan kecil, agar langitnya benderang... Walau untuk sekejap

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGKAN

Cintaku... Seperti sebuah pohon. Yang kurawat dari kecil hingga berbuah ranum. Tak luput kumerawatnya. Kusirami dengan air kasih sayang. Kupupuki dengan canda tawa. Kupotong dahan-dahan kebosanan. Kupangkas daun-daun kesedihan. Namun, bila seseorang yang kusayang, atas namanya aku merawat pohon tersebut, menebang pohon itu.. Takkan kuizinkan lagi dia mendekati pohonku.

TENGAH HARI SETENGAH HATI

Matahari kian ke tengah Makin terik, badan kian basah Angin masih lambat melaju Awan berjalan tak padu, terpencar jauh - jauh Aku seakan layu; Kering tak bertenaga Ya sudah, tak apa Sesekali beri waktu buat diri menyendiri Nikmati saja keadaan ini Tak harus terus berjalan Beristirahat sejenak buat hilangkan peluh Sampai matahari bergeser ke barat Menjadi keadaan waktu yang bernama sore Aku akan mencoba bergegas lagi; Tak perlu dipaksakan Toh ini masih waktu senggang Biar tenang sempurna menggenang

MENUNGGU KEAJAIBAN DATANG

Sesuatu belum mendarat Masih melayang-layang bebas tanpa arah Berharap ada daratan luas untuk berpijak Berjalan kemudian berlari bebas Masih mengarungi mimpi tak terbatas Menghimpun harapan dari segala arah Memadatkan angan agar jadi kenyataan Tiada jua lelah menenun kesempatan Masih bersembunyi dalam senyum Membaur pedih dalam tawa Melangkah tanpa menundukkan kepala Menunggu keajaiban datang... Tanpa keterangan waktu tepatnya