Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

KEJAHATAN OTAK KANAN

Imajinasi liar, Perusak akal sehat Pengubah jalur pikir Penyesat arah Perampas semangat Pengabur harapan Masih tetap tinggal disana Menunggu waktu yang tepat, dia keluar Merusak lagi Lemah tak berdaya Mencoba kokoh tetap sesal datang terlambat

MENDUNG

Seperti disini tepat di hati ini Masih merenung galau menunggu apa yang akan terjadi Hujan turun lagi Dengan pongahnya mengucurkan airnya Awan hitam dengan lenggok malasnya melaju Dengan angkuh menyirami permukaan bumi yang ditutupi Ada aku di bawah Lihatkah? Menyatu dengan isi bumi lainnya Dilindas dihujam kelam Menggigil aku Layaknya burung terkena air sayapnya Tak bisa terbang dengan santai lagi Tutuplah mata Rasakan percikan air langit yang mendarat empuk di wajah Marah Basah Punah Tinggalkan rencana hancurkan hari Dengan langkah gontai kembali ke sarang Berkecamuk di otak pikiran-pikiran membuncah Menyesatkan dan meninggikan emosi Meringkuk lagi di sarang Coba ambil petuah dari sini Apa sesungguhnya yang terjadi Biar sedikit kesal, dapatkan baiknya Tetap semangat Jangan terkulai lemas dan meredup Tak lagi berani menantang hari Tetap berharap Tetap berusaha Sebaiknya Sebisanya

NOT

Sendiriku. Nadaku. Mengalun memecah kesunyian malam. Aku, paranadaku. Mendayu melunakkan siang. Senandung lagu kebahagiaan. Tentang rasa yang malas berpijar. Tapi nikmat dirasakan. Aku. Gumamku. Lirih menyambut pedih. Saat syahdu bersenandung ditemani malam. Bersiap terluka di kala siang. Ataupun mereguk nikmat disela strategi berjuang.

SEPERTI HUJAN MALAM INI

Menyedihkan, Seperti hujan malam ini Terkutuk kau pekat! Menyelubung hati ini Terengah-engah bernafas Menyedihkan sangat Ingin teriak sekencang-kencangnya Dan menangis sepuasnya Apa daya air mata enggan turun Dekapmu ingin selalu dirasa Bercumbu dengan nikmat Melantunkan nada-nada yang indah Bergurau tentang apa saja Seperti mimpi tak berarti Pilar menegak Mungkin tidak sampai langit Salahkah berdiri? Lariku selamatmu Sedihku bahagiamu Keputusan terberat Serta merta keputusan terbodoh Ingin sekali mendapat jawaban Mengartikan bait-bait rahasia alam Bisakah bahagia Tanpa cela Ataukah menjadi sesaat Seperti hujan malam ini Menyejukkan disaat yang tepat Datang disaat yang tepat Menenangkan disaat yang tepat Membahagiakan disaat yang tepat Inginku, seperti hujan malam ini

GUMAM

Sedih... Sangat sedih Dedariku luput mimpi Tiba jalan baru potong jalur lama Kering akal, bisa hancur jalin Kemana harus mengadu? Atau hanya permainan waktu Melenggang tanpa tahu tujuan Disana cerah disini samar Samar... Kacaukan mimpi Biar hebat kelak disana Disana... Telah aku tebar remah hati Agar tumbuh lebat kedigjayaan Pondasi itu aku Remuk redam biar saja Sendiri menikmati sakit dan galau Agar cerah Disana Tak samar Tak sedih

(Sebuah karya terdahulu..)

Untuk orang yang aku sayang, dengarkan Kadang kita butuh awan hitam untuk melindungi dari terik matahari Kita butuh hujan untuk melepas panas Kita butuh matahari untuk terangi hari-hari kita Kita butuh mimpi buruk agar kita selalu mengingat mimpi indah Jalan panjang yang terbentang ini harus kita lalui Kadang berbatu, menanjak, menurun dan mendatar lurus Ini cuma senandung lagu dilema kehidupan kita semua Kita menari-nari bersama untuk melupakan sedih kita Teriakan benci kita angin akan membawa berita Bintang-bintang dalam gugusan menangis di tengah malam Taklukkan sepi membuat rasa nyeri di tiap-tiap sendi tulangku Aku lelah dengan segala kisah redup ini Cahaya tak bertuan aku dapatkan tapi tak mampu untuk menerangi hati Perihal rasa yang aku bina terinjak oleh hina dan terbuang percuma Perihal hati membeku menjadi sebuah angkuh sifat hati yang terdepan Kenapa aku mesti berlari bila berjalanpun sudah melelahkan Mengapa aku harus berenang jauh bila sudah terjaring dalam jala Butir-buti

GETAS

Makin berujar makin pudar Apa sesungguhnya mau hati ini Berulah tanpa memberi tahu keinginan pasti Sesungguhnya besar takkan layak untuk dibawa lari Jika kecil cukup membuatmu menjadi sesuatu yang istimewa Gelegar penat bergejolak Gemuruh galau kian mendengung kencang Bukan sekali, Acap kali terjadi Bergerak melawan ketidakpastian dan kebimbangan Dengan sedikit menggembirakan hari Menipu pikiran dan perasaan dengan sibuk riang Menjamah ketidakpastian dengan genggaman erat Bergeliat dengan kencang tanpa membuat tersentuh rasa Jika tegar tetap terjaga Bisakah kekal menembus asa yang lemah tak berhasrat Terjerembab lembah pemikiran dan kekosongan konsep Beri nyata sesuatu hal yang membingungkan Dan khayal masih saja menari tanpa sedikit keraguan Menggoyahkan Untuk sesuatu yang bergelut dengan sengit... Merapuhkan dan menjadikan diri. Getas.

SESUATU YANG BERNAMA PIKIRAN

Terpampang dengan samar apa yang disebut bias Tempat tak keras berserabut halus Urai, segala yang bisa diurai Menemukan sesuatu terang di sudut kumuh Yang seharusnya tetap gelap Seharusnya tetap basah saja sisi sebelah situ Biar tak banyak yang menyirami Semakin matahari banyak berputar, semakin banyak jalan cabang terbentang Sudah, yakinkan langkahmu Tegapkan teguhmu Lepaskan galaumu Relakan rencana mimpi besarmu Kau belum cemerlang Hanya pantas berangan Tidak layak meninggi khayal Wajarlah menjadi goyah, kerasmu sedikit terganggu Menjadi pemimpi sudah sedari lahir Nikmati jalan hidupmu itu Bila semua terbang, jangan kau mengalihkan perhatian Tataplah Albatros yang telah kau rawat Kau beri sepertiga nyawamu untuk menghidupinya Bila dia terdapat nasib yang berbeda, relakan Senyumlah untuk pelepasannya Tangisilah untuk kenangannya Lagi-lagi pikiran terganggu Apa karena tekanan Karena tuntutan Apa keadaan Ataukah terpecahnya mimpi menjadi kepingan-kepingan besar Tak tahulah.. Biadablah p

SILUET BULAN DI MUSIM HUJAN

Jengah dan penat melingkup sisi kewarasan Apa benar aku sungguh hidup? Seperti tak ada kehidupan yang menyenangkan Hujan yang perlahan menguasai langit, berkomentar "Apa yang kau renungkan?" Tidaklah, aku tak bisa percaya kau Dengan acuh hujan bergerumul melempari bumi dengan airnya Aku diam memperhatikan, mungkin.. Apakah aku dapat larut dalam airnya Atau sekedar hanyut derasnya Setidaknya hilang sejenak dari permukaan bumi Hingga datang waktu yang tepat untukku kembali "Apa yang kau pikirkan?" Tidaklah hujan, aku tak percaya kau Dengan derasmu kau akan mendengungkan keluhku Apa mungkin manusia kan bergerak menghiburku Sekedar mengasihani dan menceramahi Perciki saja aku dengan sejukmu Biar sedikit menenangkanku Buatku nyaman sejenak Kunikmati engkau sampai tetes terakhirmu Bila kau usai tinggalkan beberapa helai kedinginanmu Untuk membekukan lukaku Perihku Beri kesempatan bulan mempertunjukkan sinarnya Biar terang gelapku Biar teduh resahku Jangan kau bertanya lag