Langsung ke konten utama

TERGUNCANGNYA MIMPI

Tempat sekecil ini yang bernama hati, kian sesak
Masih saja kabut tebal menggantung di langit kelabu
Jika saja bisa kubuang semua pekat ini
Kukosongkan sekalian, hingga lapang

Menghela nafas agar reda sejenak ini beban
Memejamkan mata agar ringan terasa ini pikiran

Ingin saja berteriak sekencang-kencangnya
Tanpa menghiraukan manusia-manusia yang mengeluh akan kegaduhan
Menunggu datangnya keadaan yang mengembalikan aku seperti sedia kala
Keadaan dimana aku bisa bernafas lega
Aku dapat mengguratkan senyum lepas
Aku dapat bersenandung lagu-lagu riang dan memaknainya
Bukan menyanyikan lagu-lagu sedih dan aku meresapinya

Aku tahu keadaan sebenarnya saat ini
Bukan sekedar terhadap rasa dua insan
Lebih dari itu, yang mampu membebaniku
Sekelumit pikiran turut menyumbangkan nestapa
Tentang mimpi yang dulu begitu aku banggakan
Harapan yang begitu aku sanjungkan
Keinginan yang begitu nyata untuk aku kejar
Kini memudar

Entah apa yang harus aku lakukan
Melanjutkan apa yang telah aku harapkan sedari dulu
Ataukah merancang ulang keinginan yang baru

Kuhela nafas lagi
Agar tidak sesak dihati ini

Berupaya juga aku membohongi otakku
Tapi terlalu tangguh pikiran ini untuk dikalahkan
Terlanjur aku kembangkan segala harap
Hingga ia berkembang tak terkendali
Bahkan akupun sulit mengendalikannya
Tak ubahnya kenyataan, mimpi itu seakan tak berbeda

Terlambat mungkin aku menyadarinya
Terlalu jauh mungkin aku berharap
Serta terlalu tinggi aku memimpikannya
Hingga aku tak kuasa untuk mengelak

Saat aku sadar, aku sudah terpuruk
Menangis saja tak cukup, meski itu sukar dilakukan
Aku menjadi hamba akan imajinasiku sendiri
Seakan akulah yang ada di dunia fana
Dan imajinasi itu di dunia nyata

Sekali lagi, kuhela nafas
Hembuskan angin sekencang-kencangnya dari mulutku
Biar saja ini dianggap kebodohan
Dipandang sebelah mata dan sesekali tersungging senyum mengejek

Ini bukan sekedar rasa dua insan
Ini adalah gabungan dari berbagai perasaan
Yang diimbuh dalam timbunan angan
Dengan cepatnya mematangkan keputus-asaan

Sejenak akan menyerah
Tapi ini bukan untuk sesaat
Ini perihal masa lalu, sekarang dan akan datang
Sedang kuberusaha memantapkan lagi untuk masa depan
Merangkai mimpi baru untuk itu
Tapi sisi lain hati ini meragukannya
Seakan ada hal yang selalu menciutkan nyaliku
Dinding tebal nan megah yang selalu menghadang dengan angkuhnya
Kenyataan yang tak terelakan lagi yang mampu menggugurkan tiap helai bunga semangatku

Sambil putus asa kuberpikir, akankah semua menjadi nyata?
Semua yang aku agung-agungkan, yang aku banggakan
Hal yang begitu indah aku pertahankan dan kupersilahkan menempati ruang terbanyak di hati ini

Aku terhanyut akan kenyataan yang terjadi
Percakapan yang tak kumengerti menggugah aku
Pikiran ini bekerja sendiri lalu memberi tahu aku
Kenyataan yang pahit, sesuatu yang mengejutkan aku
Aku mencoba mengelak, tapi apa daya seakan itu nyata dan benar terjadi

Mencoba pasrah, aku lunglai
Menjadi makin lemah aku

Menghela nafas lagi, kian berat hati ini

Haruskah aku menjadi sombong dan berlagak perkasa, seakan semua ini tak mampu menundukkanku?
Aku tak bisa
Bukan aku itu

Berkembang pesat dan menjumput bahagia keadaan disana
Aku masih bertekuk lutut dari kemegahan harapku
Mimpi masih jadi selimutku
Belum mampu ubah angan jadi nyata, senyap jadi gegap gempita, murung jadi senyum

Dalam hati dan pikiran terus mengumandangkan kata-kata penyemangat
Tapi aku terlanjur galau, seakan tak mampu melanjutkannya
Sekarang aku pasrah saja, biar angin yang menuntunku
Biar bumi yang memanduku, langit yang membimbingku

Tak peduli apa yang kutemui nanti, kupasrahkan saja
Biar semua terjadi, walau itu tak seperti apa yang kuimpikan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGKAN

Cintaku... Seperti sebuah pohon. Yang kurawat dari kecil hingga berbuah ranum. Tak luput kumerawatnya. Kusirami dengan air kasih sayang. Kupupuki dengan canda tawa. Kupotong dahan-dahan kebosanan. Kupangkas daun-daun kesedihan. Namun, bila seseorang yang kusayang, atas namanya aku merawat pohon tersebut, menebang pohon itu.. Takkan kuizinkan lagi dia mendekati pohonku.

TENGAH HARI SETENGAH HATI

Matahari kian ke tengah Makin terik, badan kian basah Angin masih lambat melaju Awan berjalan tak padu, terpencar jauh - jauh Aku seakan layu; Kering tak bertenaga Ya sudah, tak apa Sesekali beri waktu buat diri menyendiri Nikmati saja keadaan ini Tak harus terus berjalan Beristirahat sejenak buat hilangkan peluh Sampai matahari bergeser ke barat Menjadi keadaan waktu yang bernama sore Aku akan mencoba bergegas lagi; Tak perlu dipaksakan Toh ini masih waktu senggang Biar tenang sempurna menggenang

MENUNGGU KEAJAIBAN DATANG

Sesuatu belum mendarat Masih melayang-layang bebas tanpa arah Berharap ada daratan luas untuk berpijak Berjalan kemudian berlari bebas Masih mengarungi mimpi tak terbatas Menghimpun harapan dari segala arah Memadatkan angan agar jadi kenyataan Tiada jua lelah menenun kesempatan Masih bersembunyi dalam senyum Membaur pedih dalam tawa Melangkah tanpa menundukkan kepala Menunggu keajaiban datang... Tanpa keterangan waktu tepatnya