Tempat sekecil ini yang bernama hati, kian sesak
Masih saja kabut tebal menggantung di langit kelabu
Jika saja bisa kubuang semua pekat ini
Kukosongkan sekalian, hingga lapang
Menghela nafas agar reda sejenak ini beban
Memejamkan mata agar ringan terasa ini pikiran
Ingin saja berteriak sekencang-kencangnya
Tanpa menghiraukan manusia-manusia yang mengeluh akan kegaduhan
Menunggu datangnya keadaan yang mengembalikan aku seperti sedia kala
Keadaan dimana aku bisa bernafas lega
Aku dapat mengguratkan senyum lepas
Aku dapat bersenandung lagu-lagu riang dan memaknainya
Bukan menyanyikan lagu-lagu sedih dan aku meresapinya
Aku tahu keadaan sebenarnya saat ini
Bukan sekedar terhadap rasa dua insan
Lebih dari itu, yang mampu membebaniku
Sekelumit pikiran turut menyumbangkan nestapa
Tentang mimpi yang dulu begitu aku banggakan
Harapan yang begitu aku sanjungkan
Keinginan yang begitu nyata untuk aku kejar
Kini memudar
Entah apa yang harus aku lakukan
Melanjutkan apa yang telah aku harapkan sedari dulu
Ataukah merancang ulang keinginan yang baru
Kuhela nafas lagi
Agar tidak sesak dihati ini
Berupaya juga aku membohongi otakku
Tapi terlalu tangguh pikiran ini untuk dikalahkan
Terlanjur aku kembangkan segala harap
Hingga ia berkembang tak terkendali
Bahkan akupun sulit mengendalikannya
Tak ubahnya kenyataan, mimpi itu seakan tak berbeda
Terlambat mungkin aku menyadarinya
Terlalu jauh mungkin aku berharap
Serta terlalu tinggi aku memimpikannya
Hingga aku tak kuasa untuk mengelak
Saat aku sadar, aku sudah terpuruk
Menangis saja tak cukup, meski itu sukar dilakukan
Aku menjadi hamba akan imajinasiku sendiri
Seakan akulah yang ada di dunia fana
Dan imajinasi itu di dunia nyata
Sekali lagi, kuhela nafas
Hembuskan angin sekencang-kencangnya dari mulutku
Biar saja ini dianggap kebodohan
Dipandang sebelah mata dan sesekali tersungging senyum mengejek
Ini bukan sekedar rasa dua insan
Ini adalah gabungan dari berbagai perasaan
Yang diimbuh dalam timbunan angan
Dengan cepatnya mematangkan keputus-asaan
Sejenak akan menyerah
Tapi ini bukan untuk sesaat
Ini perihal masa lalu, sekarang dan akan datang
Sedang kuberusaha memantapkan lagi untuk masa depan
Merangkai mimpi baru untuk itu
Tapi sisi lain hati ini meragukannya
Seakan ada hal yang selalu menciutkan nyaliku
Dinding tebal nan megah yang selalu menghadang dengan angkuhnya
Kenyataan yang tak terelakan lagi yang mampu menggugurkan tiap helai bunga semangatku
Sambil putus asa kuberpikir, akankah semua menjadi nyata?
Semua yang aku agung-agungkan, yang aku banggakan
Hal yang begitu indah aku pertahankan dan kupersilahkan menempati ruang terbanyak di hati ini
Aku terhanyut akan kenyataan yang terjadi
Percakapan yang tak kumengerti menggugah aku
Pikiran ini bekerja sendiri lalu memberi tahu aku
Kenyataan yang pahit, sesuatu yang mengejutkan aku
Aku mencoba mengelak, tapi apa daya seakan itu nyata dan benar terjadi
Mencoba pasrah, aku lunglai
Menjadi makin lemah aku
Menghela nafas lagi, kian berat hati ini
Haruskah aku menjadi sombong dan berlagak perkasa, seakan semua ini tak mampu menundukkanku?
Aku tak bisa
Bukan aku itu
Berkembang pesat dan menjumput bahagia keadaan disana
Aku masih bertekuk lutut dari kemegahan harapku
Mimpi masih jadi selimutku
Belum mampu ubah angan jadi nyata, senyap jadi gegap gempita, murung jadi senyum
Dalam hati dan pikiran terus mengumandangkan kata-kata penyemangat
Tapi aku terlanjur galau, seakan tak mampu melanjutkannya
Sekarang aku pasrah saja, biar angin yang menuntunku
Biar bumi yang memanduku, langit yang membimbingku
Tak peduli apa yang kutemui nanti, kupasrahkan saja
Biar semua terjadi, walau itu tak seperti apa yang kuimpikan
Masih saja kabut tebal menggantung di langit kelabu
Jika saja bisa kubuang semua pekat ini
Kukosongkan sekalian, hingga lapang
Menghela nafas agar reda sejenak ini beban
Memejamkan mata agar ringan terasa ini pikiran
Ingin saja berteriak sekencang-kencangnya
Tanpa menghiraukan manusia-manusia yang mengeluh akan kegaduhan
Menunggu datangnya keadaan yang mengembalikan aku seperti sedia kala
Keadaan dimana aku bisa bernafas lega
Aku dapat mengguratkan senyum lepas
Aku dapat bersenandung lagu-lagu riang dan memaknainya
Bukan menyanyikan lagu-lagu sedih dan aku meresapinya
Aku tahu keadaan sebenarnya saat ini
Bukan sekedar terhadap rasa dua insan
Lebih dari itu, yang mampu membebaniku
Sekelumit pikiran turut menyumbangkan nestapa
Tentang mimpi yang dulu begitu aku banggakan
Harapan yang begitu aku sanjungkan
Keinginan yang begitu nyata untuk aku kejar
Kini memudar
Entah apa yang harus aku lakukan
Melanjutkan apa yang telah aku harapkan sedari dulu
Ataukah merancang ulang keinginan yang baru
Kuhela nafas lagi
Agar tidak sesak dihati ini
Berupaya juga aku membohongi otakku
Tapi terlalu tangguh pikiran ini untuk dikalahkan
Terlanjur aku kembangkan segala harap
Hingga ia berkembang tak terkendali
Bahkan akupun sulit mengendalikannya
Tak ubahnya kenyataan, mimpi itu seakan tak berbeda
Terlambat mungkin aku menyadarinya
Terlalu jauh mungkin aku berharap
Serta terlalu tinggi aku memimpikannya
Hingga aku tak kuasa untuk mengelak
Saat aku sadar, aku sudah terpuruk
Menangis saja tak cukup, meski itu sukar dilakukan
Aku menjadi hamba akan imajinasiku sendiri
Seakan akulah yang ada di dunia fana
Dan imajinasi itu di dunia nyata
Sekali lagi, kuhela nafas
Hembuskan angin sekencang-kencangnya dari mulutku
Biar saja ini dianggap kebodohan
Dipandang sebelah mata dan sesekali tersungging senyum mengejek
Ini bukan sekedar rasa dua insan
Ini adalah gabungan dari berbagai perasaan
Yang diimbuh dalam timbunan angan
Dengan cepatnya mematangkan keputus-asaan
Sejenak akan menyerah
Tapi ini bukan untuk sesaat
Ini perihal masa lalu, sekarang dan akan datang
Sedang kuberusaha memantapkan lagi untuk masa depan
Merangkai mimpi baru untuk itu
Tapi sisi lain hati ini meragukannya
Seakan ada hal yang selalu menciutkan nyaliku
Dinding tebal nan megah yang selalu menghadang dengan angkuhnya
Kenyataan yang tak terelakan lagi yang mampu menggugurkan tiap helai bunga semangatku
Sambil putus asa kuberpikir, akankah semua menjadi nyata?
Semua yang aku agung-agungkan, yang aku banggakan
Hal yang begitu indah aku pertahankan dan kupersilahkan menempati ruang terbanyak di hati ini
Aku terhanyut akan kenyataan yang terjadi
Percakapan yang tak kumengerti menggugah aku
Pikiran ini bekerja sendiri lalu memberi tahu aku
Kenyataan yang pahit, sesuatu yang mengejutkan aku
Aku mencoba mengelak, tapi apa daya seakan itu nyata dan benar terjadi
Mencoba pasrah, aku lunglai
Menjadi makin lemah aku
Menghela nafas lagi, kian berat hati ini
Haruskah aku menjadi sombong dan berlagak perkasa, seakan semua ini tak mampu menundukkanku?
Aku tak bisa
Bukan aku itu
Berkembang pesat dan menjumput bahagia keadaan disana
Aku masih bertekuk lutut dari kemegahan harapku
Mimpi masih jadi selimutku
Belum mampu ubah angan jadi nyata, senyap jadi gegap gempita, murung jadi senyum
Dalam hati dan pikiran terus mengumandangkan kata-kata penyemangat
Tapi aku terlanjur galau, seakan tak mampu melanjutkannya
Sekarang aku pasrah saja, biar angin yang menuntunku
Biar bumi yang memanduku, langit yang membimbingku
Tak peduli apa yang kutemui nanti, kupasrahkan saja
Biar semua terjadi, walau itu tak seperti apa yang kuimpikan
Komentar
Posting Komentar