Langsung ke konten utama

HUJAN SETELAH LEBARAN

Setelah sekian lama panas meraja
Hujan pun turun
Tidak begitu deras, cukup membasahi
Hirup udara awal mula hujan tiba
Lantai bumi yang basah kian mewangi

Disini tenang, mereda gejolak pikiran
Gemuruh hati redup sejenak
Tergantikan irama rintik hujan
Mengalun pelan dan damai

Aku duduk bersandar di kursi ruang tamu
Menikmati situasi nyaman seperti ini
Kadang terpejam mata, agar meresap makna

Sesekali meningkat derasnya hujan
Tutup jendela agar percikan air tidak masuk ke dalam rumah
Tetapi masih tetap terasa ketenangan alam

Aku masih duduk di kursi ruang tamu
Masih menikmati suasana hujan yang lama ditunggu tiba
Mencoba resapi ketenangan yang turut dibawanya kesini
Untuk menghilangkan penat yang bersemayam di hati
Serta keriuhan di kepala yang terlalu kencang bersuara

Hujan ini, penantian itu
Sementara panas yang mulai hilang
Hawa pekat yang mulai terurai
Perlahan menjadi nyaman berkat hujan ini
Yang turun dengan lembutnya beserta kebaikannya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGKAN

Cintaku... Seperti sebuah pohon. Yang kurawat dari kecil hingga berbuah ranum. Tak luput kumerawatnya. Kusirami dengan air kasih sayang. Kupupuki dengan canda tawa. Kupotong dahan-dahan kebosanan. Kupangkas daun-daun kesedihan. Namun, bila seseorang yang kusayang, atas namanya aku merawat pohon tersebut, menebang pohon itu.. Takkan kuizinkan lagi dia mendekati pohonku.

MALAPETAKA

Ternyata itu petaka besar Hebatnya mengelabui malam Segala cerita hanya imajinasi belaka Entah bertujuan untuk apa Menghindar mata dengan segala rupa Semakin jelas segala tipu daya Berbicara tentang terang Sesungguhnya dalam keadaan kelam Menyusun kata menipu nyata Meruntuhkan mimpi jadi berkeping-keping Memanipulasi segala arahan cerita Tanpa memberi kesempatan jadi nyata Kekecewaan terbesar tentu dirasa Pemberi noda hitam di dalam hati Masih tidak terima akan segala yang terjadi Mudahnya menipu hati dengan merubah jati diri Menyusun cerita panjang agar dipercaya Kenyataan sebenarnya tidak pernah ada di dunia nyata Kita bukanlah satu Semua itu semu Ternyata itu manusia yang sama Sedari awal membuka suara Pemberi muslihat terbesar yang pernah ada Bersembunyi dibalik muram cerita Butuh waktu lama menyadari itu semua Bahwasanya selama ini hanya bualan saja Kita bukanlah satu Semua itu semu Sudahlah kita benahi semua ini Kembali awal dengan sudahi mimpi Menga

MENDUNGKU

Gelap lagi yang ada Gundah lagi yang kurasa Sunyi senyap disini Tak ramai lagi seperti dulu Ditinggalkan penuntun bahagiaku Menuju harapan baru tanpaku... Keputusan itu, kuketahui... Kurestui pula, karena aku juga menginginkannya Menghindari kecewa kelak tercipta Atau sekedar waspada tercipta sedih yang makin meningkat Biarlah dia terbang sesukanya Akupun berlari semauku Disini aku berniat bertahan Tapi hati kian berat tertimpa beban hidup Masalah yang tak kunjung kutemui ujungnya Sesuatu yang tak cepat kuselesaikan Aku mau bernapas lega Tanpa terbebani penat Layaknya kabut tebal menyelimuti hati ini Membekukan imaji yang tak kunjung pulih Sampai kapan ini terjadi... Kapan aku temukan jalan keluar... Aku menunggu harapan yang kuinginkan datang... Tanpa mendung menutupi langitku